Jumat, 23 Januari 2009

Laporan

Pembelajaran Di Luar Kelas
Apa, Mengapa, dan Bagaimana di Sekolah Kita

Ketika di sekolah kita dilaksanakan kegiatan Pembelajaran di Luar Kelas (Study Tour), banyak tanggapan yang bernada minrng dialamatkan kepadanya baik yang datang dari kalangan sekolah sendiri, orang tua maupun masyarakat. Sesungguhnya apa sih pembelajaran di luar kelas tersebut, mengapa harus dilaksanakan, dan bagaimana melaksanakannya ? Berikut ini ulasannya.

Sistem pembelajaran yang berlaku selama ini di Indonesia masih secara konvensional. Ciri-ciri sistem belajar konvensional adalah adanya kelas yang tertutup dalam sekolah yang tertutup pula dari lingkungannya; setting ruangan yang statis dan penuh formalitas; guru menjadi satu-satunya sumber ilmu dan pengetahuan siswa, yang mengajar secara linier; menggunakan papan tulis sebagai sarana utama dalam proses transfer of knowledge; situasi dan suasana yang diupayakan hening untuk mendapatkan konsentrasi belajar maksimal; menggunakan buku wajib yang cenderung menjadi satu-satunya yang sah sebagai referensi di kelas; adanya model ujian dengan soal-soal pilihan ganda yang hasilnya menjadi ukuran kemampuan siswa.
Sementara itu standar proses mengisaratkan proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.(Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005). Masalahnya adalah upaya apa yang musti dilakukan untuk membenahi sehingga hal itu bisa terlaksana? Pendekatan Out-door learning merupakan salah satu upaya untuk terciptanya tujuan pembelajaran, terhindar dari kejenuhan, kebosanan, dan persepsi belajar hanya di dalam kelas.
Pendekatan Out-door learning (pembelajaran di luar kelas) menurut Agus Irawan Sensus dalam Ginting (2005) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi pembelajaran serta menggunakan berbagai permainan sebagai media transformasi konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran. Pendekatan Out-door learning menggunakan beberapa metode seperti ceramah, penugasan, tanya jawab, dan belajar sambil melakukan atau mempraktekkan kenyataan dengan situasi bermain. Out-door learning juga menerapkan pembelajaran di luar kelas dengan media games dan bernyanyi yang sesuai dengan usia perkembangan siswa dan materi yang akan disampaikan.
Guru harus mampu memunculkan kegembiraan dan keinginan siswa untuk bereksplorasi terhadap lingkungannya, tanpa aktivitas pemaksaan. Untuk mencapai proses ini, guru harus memiliki gaya belajar yang menantang siswa dan menarik. Sehingga pengelolaan pembelajaran benar-benar menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa. Pendekatan Out-door learning juga menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana kelas, untuk memberikan dukungan proses pembelajaran secara menyeluruh yang dapat menambah aspek kegembiraan dan kesenangan.
Pendekatan Out-door learning mengasah aktivitas fisik dan social siswa. Di mana siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerja sama antar teman dan kemampuan berkreasi. Aktivitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan.
Elemen-elemen penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan Out-door learning, yaitu:
1. Alam terbuka sebagai sarana kelas. Penggunaan setting alam terbuka sebagai sarana kelas memberikan dukungan terhadap proses pembelajaran secara menyeluruh dan sekaligus membebaskan siswa dari himpitan suasana empat dinding dan ritme belajar yang biasa mereka alami.
2. Berkunjung ke obyek langsung. Obyek langsung merupakan sumber belajar bagi siswa. Siswa diharapkan berada langsung pada dunia nyata, bukan sekedar cerita dari guru. Ini mendorong intensitas keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, dan emosional.
3. Unsur bermain sebagai dasar pendekatan. Kelas alam terbuka dan mengunjungi obyek langsung, merupakan tempat yang ideal. Khususnya dalam melakukan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman (experiental learning). Kombinasi aspek lingkungan dan berbagai permainan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengubah berbagai pola tingkah laku dan kebiasaan sehari-hari melalui proses yang menyenangkan dan penuh kegembiraan.
4. Guru harus mempunyai komitmen. Berani berkomitmen untuk mengubah paradigma selama ini keparadigma baru yang dibutuhkan masyarakat. Di mana guru tidak saja mengembangkan dan mengasah kecerdasan intelektualsiswa, tetapi memadukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan lainnya dalam proses pembelajaran.
SMP Negeri 1 Denpasar beberapa tahun belakangan ini sudah menerapkan pendekatan outdoor-learning dalam proses pembelajarannya. Sekalipun hal itu masih terbilang sederhana, namun upaya itu layak untuk dihargai sebagai sebuah komitmen untuk berubah/keluar dari paradigma lama. Perencanaan pembelajarannya belum dilakukan secara matang, menyangkut penggunaan metode, sumber belajar, dan penilaiannya, sehingga hasil yang diharapkan juga belum maksimal. Beberapa contoh kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Denpasar yang sudah mengarah kepenggunaan pendekatan outdoor-learning adalah:
1. Pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia; untuk mencapai standar kompetensi berbicara dengan kompetensi dasar melakukan wawancara dengan berbagai nara sumber, siswa ditugaskan mewawancarai nara sumber di luar kelas sesuai tema yang dipilih.
2. Menghitung jumlah kendaraan sesuai dengan mereknya yang melintas di jalan raya di depan sekolah per satuan waktu tertentu, kemudian melaporkan hasilnya dalam bentuk histogram, grafik. Kegiatan ini dilaksanakan pada mata pelajaran matematika untuk materi statistic.
3. Melakukan pengamatan komponen-komponen ekosistem kebun sekolah dan kolam di sekolah dalam mata pelajaran IPA-Biologi untuk materi Ekosistem.
4. Kunjungan ke berbagai objek langsung antara lain: museum, tempat tempat bersejarah, pasar, ke kebun binatang dan kebun raya, tempat-tempat yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak seperti, PDAM, hutan mangrove, TPA dan lain-lain untuk mencapai kompetensi lintas mata pelajaran.
Kedepan kegiatan ini perlu dikembangkan dengan merencanakan, mempersiapkan, dan mengelolanya dengan lebih baik, sehingga betul-betul dapat meningkatkan mutu lulusan seperti yang sudah dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
Berbagai upaya dan motivasi dalam pembelajaran harus terus dilakukan agar memudahkan siswa berkembang seoptimal mungkin, sebab mereka pasti akan hidup pada masyarakat. Diperlukan berbagai kiat yang bisa digunakan dalam melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang berorientasi pada siswa dan berangkat pada siswa.

Daftar Pustaka
Ace Suryadi, 2007 . Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informasi Departemen Pendidikan Nasional
BSNP, 2007. Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta: BSNP
Dini Suardini dan Irine Puspita, 2008. Pendekatan Outdoor-Learning,
Ginting, Abdurakhman. (2005). Outdoor Learning – Peace Education. Bandung: P3GT